Perayaan ulang tahun selalu diwarnai dengan tiup lilin kue ulang tahun, begitulah yang terjadi pada sebagian besar masyarakat merayakannya. Lilin yang dipasang juga menggambarkan usianya saat itu. Adapula yang hanya berupa lilin biasa.
Inti dari perayaan ulang tahun kue dan lilin. Pernah terbayang dalam benak tomoisme bahwa kue menjadi bahan dasar ulang tahun kenapa? Kemungkinan terbesarnya adalah karena perayaan tersebut berasal dari luar negeri yang diadopsi banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Jadi bahan dasar makanan pokok mereka harus diganti dengan makanan dari negara asal muasal perayaan ulang tahun.
Kemudian lilin, lilin yang dibentuk menjadi angka merepresentasikan usia dari tahun ke tahun selalu bertambah. Misal saat ini usia kita 25 tahun, angka yang ada di hiasan ulang tahun berupa angka 2 dan 5. Jika kejadian selanjutnya terulang ditahun yang akan datang maka akan bertambah menjadi 2 dan 6. Di tahun depan umur yang kita rayakan adalah 26 tahun.
Pernahkah kalian berpikir bahwa sejatinya umur manusia bukan bertambah tapi berkurang. Umur yang ada pada hidup kita sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Kita tentu tidak dapat menghitung mundur usia kita menjadi benar-benar 0. Tapi setidaknya untuk menjaga diri kita tetap sadar dan tidak berpuas diri di kehidupan berikutnya nanti, alangkah baiknya angka yang disematkan menggunakan bilang bulat negatif.
Jika tadi kita merayakan 25 tahun umur kita saat ini, kenapa tidak diubah menjadi -25 tahun. Artinya waktu yang telah kita lalui berkurang 25 tahun. Apa yang harus kita lakukan untuk bisa membawa bekal di masa depan kehidupan? Hal ini yang harus menjadi perhatian bagi diri kita.
Lalu tiup lilih, Lilin yang diberi angka kemudian dinyalakan sampai akhirnya ditiup dan menjadi mati. Apakah umur kita yang sedang menyala-nyala harus dimatikan seketika juga. Filosofi tiup lilin menjadi hal yang absurd jika kita coba lebih kritis lagi menyikapi perayaan ulang tahun yang selalu kita lalui.
Inti dari perayaan ulang tahun kue dan lilin. Pernah terbayang dalam benak tomoisme bahwa kue menjadi bahan dasar ulang tahun kenapa? Kemungkinan terbesarnya adalah karena perayaan tersebut berasal dari luar negeri yang diadopsi banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Jadi bahan dasar makanan pokok mereka harus diganti dengan makanan dari negara asal muasal perayaan ulang tahun.
Kemudian lilin, lilin yang dibentuk menjadi angka merepresentasikan usia dari tahun ke tahun selalu bertambah. Misal saat ini usia kita 25 tahun, angka yang ada di hiasan ulang tahun berupa angka 2 dan 5. Jika kejadian selanjutnya terulang ditahun yang akan datang maka akan bertambah menjadi 2 dan 6. Di tahun depan umur yang kita rayakan adalah 26 tahun.
Pernahkah kalian berpikir bahwa sejatinya umur manusia bukan bertambah tapi berkurang. Umur yang ada pada hidup kita sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Kita tentu tidak dapat menghitung mundur usia kita menjadi benar-benar 0. Tapi setidaknya untuk menjaga diri kita tetap sadar dan tidak berpuas diri di kehidupan berikutnya nanti, alangkah baiknya angka yang disematkan menggunakan bilang bulat negatif.
Jika tadi kita merayakan 25 tahun umur kita saat ini, kenapa tidak diubah menjadi -25 tahun. Artinya waktu yang telah kita lalui berkurang 25 tahun. Apa yang harus kita lakukan untuk bisa membawa bekal di masa depan kehidupan? Hal ini yang harus menjadi perhatian bagi diri kita.
Lalu tiup lilih, Lilin yang diberi angka kemudian dinyalakan sampai akhirnya ditiup dan menjadi mati. Apakah umur kita yang sedang menyala-nyala harus dimatikan seketika juga. Filosofi tiup lilin menjadi hal yang absurd jika kita coba lebih kritis lagi menyikapi perayaan ulang tahun yang selalu kita lalui.
Kemunduran Ulang Tahun
Oleh
Listomo Adi Rinanto
POST COMMENT