Sabtu, 11 November 2017

Persiapan Pernikahan

Persiapan Pernikahan
Image from souvenirnikah.com

Di penjelasan sebelumnya, tomoisme sudah menyampaikan beberapa hal, beberapa konsep tentang pernikahan yang bisa dijadikan dasar atau pedoman bagi yang belum menikah agar semakin mempersiapkan diri untuk bisa membangun keluarga yang diimpi-impikan. 


Baca juga : Pernikahan Bukan Ritual Semata 

Tomoisme coba buka kembali topik mengenai pernikahan serta menggaris bawahi dari apa yang tomoisme temukan di Instagram termasuk beberapa kata yang tomoisme temukan tersebut.

Yang pastinya sangat menginspirasi tomoisme untuk membuat penjelasan ini. Instagramnya atas nama @falafu. Di Instagramnya @falafu di caption atau deskripsinya  menjelaskan tentang "Akan jadi Ayah seperti apa dia nanti?"

Dari penjelasan yang disampaikan @falafu di pertanyaan pertama ini tomoisme ingin mengulik kembali. "Akah jadi Ayah seperti apa dia nanti?" yang lebih diintensifkan kepada seorang laki-laki. Yang tentunya seorang laki-laki tersebut harus memiliki kriteria calon Ayah. Kita bisa bandingkan dengan orang tua kita, atau figur yang kita anggap sebagai bapak yang ideal.

Tomoisme ambil salah satu contoh, tomoisme mengambil seorang ayah bule atau suami yang berasal dari negara-negara barat, seperti Eropa dan Amerika. Yang tomoisme dapatkan dan tomoisme temukan, setelah tomoisme follow beberapa Instagram tentang bayi. Tomoisme memiliki kecenderungan bahwa, kriteria calon ayah yang ingin tomoisme tiru adalah calon ayah dari negara-negara barat.

Kenapa? karena pola pikir mereka terhadap seorang anak itu bukan sebagai seorang anak semata. Tapi mereka menganggap bahwa anaknya itu sebagai temannya. Kalian bisa coba ikuti instagram-instagram tentang bayi dari luar negeri. Kalian akan melihat ayah yang bermain dengan anaknya seperti bermain dengan temannya, tertawa dengan anaknya seperti tertawa dengan temannya, bercerita dengan anaknya seperti bercerita dengan temannya, mengajaknya bermain sama dengan mengajak temannya bermain.

Jadi, lebih seru, lebih menyenangkan dan tentunya anak merasa bahagia karena keberadaan mereka benar-benar bisa saling mengisi. Anak butuh perhatian, orang tua butuh hiburan dari kepenatan setelah bekerja. Kalianpun dapat mengambil kesimpulan setelah kalian melihat apa yang dilakukan seorang ayah yang ada di Eropa ataupun yang ada di Amerika. Ini tentu baik, bukan hanya untuk perkembangan anaknya. Baik juga untuk kehidupan keluarganya. 



Kemudian di pertanyaan "Akan jadi Ayah seperti apa dia nanti?" bagian kedua yang perlu diidentifikasi adalah apa yang sudah dia lakukan dan berikan untuk keluarganya selama ini. Jadi sebelum keluarga barunya ada, apa yang dia lakukan di keluarga besarnya, kepada kedua orang tuanya, kepada saudaranya dan yang lain-lain.

Jika si orang ini atau ayah atau mungkin istri ini, sebelum menikah ternyata mereka memiliki kecenderungan untuk bisa lebih mudah berbagi, lebih mudah mengayomi, dan lebih mudah memberikan perhatian. Maka secara otomatis, mereka akan melakukan perlakuan yang sama di keluarga barunya.

Karena kesensitifan hati dan perilaku mereka benar-benar sudah dibentuk, sudah dimunculkan jadi di keluarga baru ini tinggal memoles saja dari dinamika-dinamika yang terjadi kemudian mereka tinggal berkolaborasi.

Seperti yang dijelaskan @falafu di captionnya itu bahwa tolak ukurnya bukan materi, tolak ukurnya lebih kepada kepribadian si laki-laki atau si perempuan itu sendiri. Karena pria yang mapan dan sukses belum tentu berhasil menjadi anak laki-laki yang sayang kepada kedua orang tuanya. 

Jadi belum tentu seorang pria yang mapan dan sukses itu bisa memberi tanpa perlu menunggu, berbagi tanpa harus keluarganya membutuhkan.

Ketertarikan kalian, wahai perempuan pada laki-laki. Kalian coba mulai berpikir. Poin apa yang ingin kalian dapatkan dari seorang pria yang siap untuk menikahi kamu.

Kemudian dari si perempuan, kita juga bisa melihat bahwa perempuan yang cantik dan perempuan yang sukses atau wanita karir yang sukses atau apapun itu yang ada label suksesnya. Kalian coba track kembali, kira-kira seberapa perhatian dengan keluarganya, seberapa peduli dengan kakak dan adik-adiknya, seberapa sensitif perasaan dia.

Tentu tak ada gunanya bila sukses tapi tidak mampu memberi dan tidak mampu peduli, berarti apa yang mereka lakukan selama ini semu. Apa yang mereka jalani di keluarga mereka sendiri hanya angin lalu. Karena tidak bisa memberikan efek yang baik untuk kehidupan dia nanti. 

Artikel Terkait

Persiapan Pernikahan
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email

POST COMMENT