Tanggal 28 Oktober 2017 menjadi tahun ke-89 perayaan Sumpah Pemuda sejak tahun 1928. Diawali dengan adanya Kongres Pemuda yang dipelopori para tokoh nasional nusantara demi terciptanya negara Indonesia yang berdaulat dari penjajahan Belanda.
Ada banyak kisah menarik mewarnai proses terjadinya persatuan nusantara modern sejak digulirkan pertama kali sampai saat ini. Pemuda selalu menjadi pondasi yang penting bagi terciptanya masa depan bangsa untuk estafet pembangunan sumber daya manusia ke depan.
Tomoisme coba mengulik 3 hal yang menjadi perhatian dari awal Sumpah Pemuda dikumandangkan dengan situasi abad milenial yang terjadi. Setidaknya memberikan pemahaman dan pencerahan baru dalam merawat kearifan lokal.
Keadaan semakin berubah, zaman telah berganti. Apa identitas yang akan kita pegang teguh sebagai bagian dari kultur dan nilai moral bangsa Indonesia. Tentu harus coba dipikirkan dan direalisasikan secara nyata. Tak hanya isapan jempol belaka.
Indonesia masih terus berusaha membentuk diri. Indonesia memang tidak lebih tua dari Amerika Serikat, tapi Indonesia selalu berubah dan berbenah menjadi lebih baik. Terbukti dengan banyaknya kaum muda yang bisa menjadi pelopor dan optimisme masyarakat yang begitu kuat.
Ancaman tentu besar namun peluang jauh lebih besar. Tidak ada batasan, bagi mereka yang mau membawa perubahan. Agent of change, mulai pelan-pelan menunjukkan hasil yang signifikan.
Mereka membawa misi kerakyatan agar keadilan sosial yang tertera pada Pancasila bisa tercapai. Kesenjangan akan coba dipersempit, kesempatan akan dibuka lebar, kolaborasi akan terjalin. Ini visi yang mereka pegang, amanat pendiri bangsa dan UUD 1945.
Ada banyak kisah menarik mewarnai proses terjadinya persatuan nusantara modern sejak digulirkan pertama kali sampai saat ini. Pemuda selalu menjadi pondasi yang penting bagi terciptanya masa depan bangsa untuk estafet pembangunan sumber daya manusia ke depan.
Tomoisme coba mengulik 3 hal yang menjadi perhatian dari awal Sumpah Pemuda dikumandangkan dengan situasi abad milenial yang terjadi. Setidaknya memberikan pemahaman dan pencerahan baru dalam merawat kearifan lokal.
1. Identitas
Coba simak beberapa tokoh yang hadir pada Kongres Pemuda. Mereka senantiasa tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari budaya tanah air. Walau keberadaan nusantara di jajah Belanda, mereka tetap mencirikan masyarakat nusantara dari pakaian dan topi yang dikenakan. Topi yang diwujudkan dalam bentuk blangkon dan kopiah menandakan bahwa agama dan kultur tak dapat dipisahkan walau status penjajahan masih melekat di tahun 1928.Keadaan semakin berubah, zaman telah berganti. Apa identitas yang akan kita pegang teguh sebagai bagian dari kultur dan nilai moral bangsa Indonesia. Tentu harus coba dipikirkan dan direalisasikan secara nyata. Tak hanya isapan jempol belaka.
2. Kemerdekaan
Hal menarik ditunjukkan pada lembaran sejarah nasional tanah air kita. Tahun diadakannya kongres ialah 1928. Butuh waktu 17 tahun untuk bisa merdeka di tahun 1945. Tanggal kemerdekaan kita juga merujuk pada angka 17. Mungkin ada ketidak sengajaan tapi itulah yang terjadi. Di tahun 2017, berbagai prestasi telah terukir. Kita semakin matang dan semakin solid. Dinamika politik dan sosial mewarnai berbagai proses kehidupan berbangsa dan bernegara.Indonesia masih terus berusaha membentuk diri. Indonesia memang tidak lebih tua dari Amerika Serikat, tapi Indonesia selalu berubah dan berbenah menjadi lebih baik. Terbukti dengan banyaknya kaum muda yang bisa menjadi pelopor dan optimisme masyarakat yang begitu kuat.
3. Pemuda
Banyaknya usia produktif yang ada di Indonesia menjadi kesempatan yang besar untuk menyongsong masa depan yang lebih cemerlang. Masa inilah berbagai ide kreatif berkembang, kritis dan produktif perlu digiatkan lebih merata.Ancaman tentu besar namun peluang jauh lebih besar. Tidak ada batasan, bagi mereka yang mau membawa perubahan. Agent of change, mulai pelan-pelan menunjukkan hasil yang signifikan.
4. Startup
Siapa yang memulai per-startupan di Indonesia. Apakah orang tua? coba tengok kisah inspiratif seperti Ahmad Zaky, Nadiem Makariem, Iman Usman, Belva Devara, William Tanuwijaya dan sederet pemuda lainnya.Mereka membawa misi kerakyatan agar keadilan sosial yang tertera pada Pancasila bisa tercapai. Kesenjangan akan coba dipersempit, kesempatan akan dibuka lebar, kolaborasi akan terjalin. Ini visi yang mereka pegang, amanat pendiri bangsa dan UUD 1945.
Refleksi Sumpah Pemuda Bagi Kaum Muda
Oleh
Listomo Adi Rinanto
POST COMMENT