Uang Jangan Ditabung, Itu Namanya Menyalahi Kodrat! - Prinsip ini sebenernya sederhana sekali kalau kita coba belajar konsep uang yang sekarang beredar. Uang dan mata uang mulai muncul ketika setiap bangsa mendirikan negaranya sendiri-sendiri. Akhirnya mereka menciptakan alat transaksi pembayaran yang berlaku bagi masing-masing negara. Kita bisa coba sebutkan salah satunya Rupiah di Indonesia.
Jika dirunut sejarahnya memang cukup panjang dan lama untuk dibahas tapi garis besarnya sesuai dengan yang tertera di uang kertas rupiah, bahwa Rupiah diciptakan dan diedarkan sebagai alat Pembayaran yang sah.
Itu fungsi lho! Artinya uang yang kita miliki di dompet yang masih dalam bentuk uang kertas atau uang logam sejatinya memang dipakai sebagai alat pembayaran. Kok sekarang malah orang seneng nabung duit alias uang?
Logikanya dimana? Sejak kapan uang ditimbun dan disimpan selama 1 tahun, 2 tahun bahkan bertahun-tahun?
Hei manusia flower! manusia +62! Apakah dengan menyimpan uang selama itu membuatmu kaya? Justru terbalik malah semakin membuatmu miskin. Karena nilai uang terus menurun ketika digunakan untuk membeli barang karena adanya inflasi.
Pembodohan yang masih dianggap benar seolah menutupi keburukan yang terjadi dari konsep uang dan mata uang itu sendiri. Kita terjebak, kita tertipu, secara sadar maupun tidak sadar, secara langsung maupun tidak langsung.
Kemudian sebagai alat transaksi, artinya uang yang kita dapatkan mau tidak mau harus segera dikeluarkan, dimana terjadi transaksi maka harus terjadi perputaran kepemilikan.
Lalu selama ini kita bekerja untuk apa? Untuk hidup, tapi cara menggunakan uangnya yang harus lebih bijak dan terukur.
Begini caranya kalau mau aman pakai uang. Setiap kali dapat uang dari hasil kerja, jangan ditabung tapi dikonversikan ke bentuk lain yang nilainya cenderung stabil.
Sebelum masuk ke Bab Konversi, perlu diketahui bersama bahwa nilai dan harga itu berbeda, seperti yang dijelaskan Mas Arli Kurnia di Buku Jurus-Jurus Rahasia Arli Kurnia. Bahwa harga adalah nominal atau angka yang harus kita bayarkan dan nilai sesuatu yang melekat pada benda tersebut, artinya setiap orang memiliki nilai yang berbeda ketika melihat sebuah benda.
Aku coba kasih contoh,
Di dealer ada motor Yamaha keluaran terbaru, katakanlah motor matik Mio yang dijual sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Nominal sepuluh juta adalah nilai yang harus kita bayar ke dealer bukan?
Sampai sejauh ini paham? Oke kita lanjut ke nilai.
Suatu saat karena butuh uang cepat dan mendesak, kamu jual tuh motor matik Mio yang udah kamu beli dan pakai selama 1 tahun, kamu jual sebesar Rp 8.000.000,- (delapan juta rupiah) artinya dari 10 juta diawal kamu beli kemudian kamu jual 8 juta setelah 1 tahun penggunaan berarti ada nilai yang turun dari barang tersebut.
Jadi coba berpikir lebih logis, bijak dan terukur. Bahwa uang dan barang-barang konsumtif nilainya cenderung turun (walau di beberapa kasus, barang-barang tertentu memiliki nilai yang tinggi).
Ketika kamu menyimpan uang dalam jangka waktu yang lama atau membeli barang-barang konsumtif lalu kamu menjualnya, bersiap-siaplah akan mengalami penurunan nilai.
Konsep Uang Jangan Ditabung, memang seharusnya kamu gunakan untuk membeli barang-barang yang memiliki nilai minimal stabil di setiap tahunnya atau yang paling bagus nilainya setiap tahun justru bertambah.
Maksud dari menyalahi kodrat ialah karena fungsi dari uang seperti yang dijelaskan di awal ialah sebagai alat pembayaran sebagai alat transaksi pembayaran. Fungsi ini tidak bisa dibantah dan kamu dalam sehari-hari pasti melakukan transaksi yang melibatkan uang.
Kesimpulan di materi kali ini, dipraktekan dan dipikirkan matang-matang. Jangan sampai di penghujung waktu justru kamu kebingungan sendiri melihat fenomena yang terjadi, dimana setiap orang seakan-akan kaya dengan tabungan yang dimiliki tapi sebenernya dia sedang coba memiskinkan nilai uang yang dia tabung karena tergerus inflasi, belum lagi kalau terjadi krisis. Waspadalah!
Uang Jangan Ditabung, Itu Namanya Menyalahi Kodrat!
Oleh
Listomo Adi Rinanto
POST COMMENT